Sosialisasi Perbup Tentang Alokasi Dana Desa

Kabupaten Bulungan melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Melakukan sosialisasi perbup tentang ADD dan perbup pengadaan barang dan jasa

Kelompok Usaha Bersama

Kelompok usaha bersama yang perlu mendapatkan perhatian dan pembinaan

Pembinaan Kelompok Pemanfaat dana Bergulir

SKPD BPMPD Kabupaten Bulungan melalui Kabid Pembangunan dan TTG melakukan monitoring dan pembinaan kepada kelompok pemanfaat dana bergulir di Lokasi Tias Tanjung Buka Kec. Tanjung Palas Tengah

Potensi Ikan Bandeng

Potensi ikan bandeng sebagai sumber mata pencaharian pendududk Tias Tanjung Buka Kec. Tanjung Palas Tengah

Senja di Tanjung Selor Ibu Kota Provinsi Kalimantan Utara

Senja di Tanjung Selor Ibu Kota Provinsi Kalimantan Utara

Santapan olahan hasil Laut

Santapan olahan hasil Laut di Tias Tanjung Buka Kecamatan Tanjung Palas Tengah

Pelaksanaan MAD Tutup Tanjung Palas Utara

Tenaga teknis bersama BKAD melakukan fasilitasi pelaksanaan MAD Tutup buku

Pages

June 21, 2008

KISAH PERJALANAN PENDAMPING MASYARAKAT

Pengalaman pendampingan masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Pedesaan (PNPM Mandiri Perdesaan) , dahulunya bernama Program Pengembangan Kecamatan (PPK) bermula pada tahun 2003 sebagai Fasilitator Magang (FK Magang), pada saat itu program diharuskan untuk memenuhi kouta perempuan yang terlibat dalam program minimal 30%, maka di buka kesempatan untuk saya sebagai FK magang.
Pertama kali bertugas ditempatkan di kecamatan Pagar Wojo Kabupaten Tulung Agung Propinsi Jawa Timur. Penugasan ini tidak berlangsung lama, seiring dengan dihapusnya FK Magang, maka saya ditawari untuk menjadi Fasilitator Teknik, tetapi untuk di tempatkan di luar jawa , tepatnya Kalimantan Timur. Karena sudah merasa tertarik dengan program ini, dengan berat hati saya terima kesempatan ini. Setelah turun Surat Perintah Tugas (SPT) , ternyata saya di tempatkan di Kabupaten Nunukan kecamatan Lumbis.
Pada tanggal 10 Oktober 2003, untuk pertama kali saya pergi menuju Kalimantan Timur, pesawat Merpati yang aku tumpangi mendarat di kota Tarakan, perjalanan di teruskan ke kota Nunukan. Untuk menuju kota Nunukan perjalanan dapat di tempuh dengan dua cara yaitu lewat laut dan Udara, dan keduanya harus melalui kota Tarakan terlebih dahulu, hal itu tidak terbayangkan sama sekali kalau untuk menuju Kabupaten Nunukan perjalanannya cukup rumit, Perjalan seperti ini jauh dari perkiraan saya, karena bayangan saya, perjalanan ke lokasi tugas itu lancar dan alat trasnportasi pun tersedia sepanjang waktu, tetapi ternyata untuk ke kota Nunukan pun perjalan sarana trasnportasi terbatas dan itu jam perjalannnya di batasi pukul 13.00 siang. Berdasarkann informasi yang saya dapatkan kota Nunukan merupakan kepulauan kecil dengan 6 kecamatan. Dengan perasaan bingung dan penuh tanda tanya kalau ke kabupaten saja transportasinya susah, bagaimana ke kecamatan ?. Dengan memendam beratus-ratus pertanyaan tentang lokasi tugas dan rasa cemas dihati perjalanan tetap saya lanjutkan agar mendapatkan jawab rasa penasaranku. Berangkatlah saya ke Nunukan dengan menumpang Speed Boad, kebetulan Speed Boad Pada hari itu untuk menuju Nunukan dan perjalanan tersebut memakan waktu 2,5 Jam bila cuaca normal. Setalah tiba di kota Nunukan kekagetanku bukan berkurang tetapi makin bertambah, karena ternyata kota Nunukan dibandingkan dengan ibu kota kabupaten di pulau Jawa hanya seramai kota kecamatan itu pun kota kecamatan pinggiran (bisa di bayangkan keramaian di kota itu?) dan di kota ini semuannya serba mahal baik keperluan hidup maupun biaya makan, tetapi ada hal membuat saya berbesar hati karena saya tidak sendiri bertugas di kecamatan Lumbis tidak sendirian tetapi ada 2 orang teman yang ditempatkan disana. Setelah mendapatkan pengarahan dari KM-Kab (sekarang Fas-Kab) kami berangkat menuju kecamatan Lumbis, rasa penasaran ku sudah mulai terjawab dan saya sudah dapat gambaran kalau kecamatan lokasi tugasku, daerah dan keramainnya pun tentu akan jauh berbeda, karena ibu kota saja masih sepi apa lagi kecamatan!.
Letak kecamatan Lumbis berada disebelah barat kota Nunukan, perjalanan ke kecamatan lumbis ada dua jalur yaitu lewat Kabupaten Malinau dan melalui kecamatan Sebuku kemudian di lanjutkan dengan alat transportasi darat. Setelah berkoordinasi kami sepakat berangkat ke lokasi tugas dan jalur yang kami tempuh yaitu melalui kecamatan Sebuku, untuk ke kecamatan Sebuku dari kota Nunukan kita harus naik speed boad kecil dilanjutkan dengan kendaraan roda empat. Perjalanan ke Kecamatan Lumbis dari kecamatan Sebuku jalan yang harus kita tempuh bukan jalan Aspal tetapi jalan tanah, bila pada saat musim hujan jalanan menjadi becek kendaraan yang kita tumpangi terkadang kita juga harus ikut menarik kendaraan karena tidak dapat dilewati akibat rusak jalan yang sudah terlalu parah, dan bila musim kemarau jalan tersebut penuh debu yang membuat sesak dan badan kita penuh debu.

Setibanya kami di kecamatan Lumbis, untuk memulai aktifitas sebagai Fasilitator, kami terlebih dahulu koordinasi dengan PjOK dan Camat, diketahui bahwa desa di Kecamatan Lumbis berjumlah 77 desa yang letaknya tersebar daratan dan bantaran sungai. Untuk memudahkan kami dalam bertugas kami mengadakan orientasi pengenalan lapangan/ wilayah, setelah kami ketahui bahwa tempat kami bertugas kesulitannya cukup tinggi, bila katagori wilayah di PPK hanya ada Normal, sulit dan Sangat Sulit maka saya berkesimpulan daerah tersebut masuk pada katagori super sulit karena apa?
1. Terdapat 77 desa yang tersebar di pegungungan dan sepanjang bantaran sungai.
2. Transportasi yang digunakan sangat terbatas berupa perahu bermotor.
3. Biaya, Transportasi, hidup yang tinggi dan terbatasnya saran penunjang kerja.
4. Jalur sungai yang dilalui bukan aliran sungai dengan tipe aliran yang tenang, akan tetapi jalur dengan aliran sungai yang mempunyai jeram-jaram yang membahayakan nyawa.
5. Untuk alat transportasi darat terbatas, bila tidak dapat meminit waktu yang baik, bisa-bisa kita berjalan berpuluh-puluh kilometer untuk menuju atau pulang dari lokasi tugas.

Setelah mengenal wilayah tugas dan untuk memudahkan dalam bekerja kami mencoba untuk membagi desa-desa tersebut dalam bentuk cluster. Pembagian cluster yang kami lakukan ada 27 cluster dengan 6 cluster di daerah bukan bantaran sungai dan 21 cluster di daerah sepanjang bantaran sungai.

Suka duka dalam menjalankan tugas di tempat ini, kami rasakan cukup unik karena kami harus pinter-pinter untuk meminit waktu dan keuangan. Untuk 1 kali perjalanan saja perlu biaya Rp 2 juta karena bensin yang diperlukan mencapai 2 drum dengan kapasitas 150 liter itu baru untuk cluster disepanjang bantaran sungai belum untuk 6 cluster yang berada di daratan. Strategi yang kami lakukan untuk mengadakan pendampingan ke masyarakat yaitu dengan mendatangi cluster paling hulu dahulu ( Cluster Muntai Sukilam wilayah Desa Tau Lumbis), sambil berjalan ke hulu kami mulai dari hilir menyebarkan undangan atau perintah tugas yang harus dilaksanakan setiap cluster tersebut , bila sudah sampai di hulu kami istirahan sejenak sambil menunggu cluster hulu menyiapkan tugas yang harus mereka lakukan (misalnya musyawarah desa, maka kami menunggu aparat desa untuk mengumpulkan masyarakat baru acara tersebut dapat di laksanakan). Bila cluster hulu telah selesai maka, kami melanjutkan perjalanan ke hilir, cluster sebelumnya, di sini biasanya kami tidak perlu menunggu terlalu lama karena aparat desa sudah mempersiapkan apa yang harus dilaksanakan berdasarkan penugasan yang telah kami berikan pada saat kami akan ke cluster yang paling hulu. Akan tetapi dalam pendampingan didaerah terpencil bukan segampang yang kita bayangkan, walaupun jumlah penduduknya sedikit tetapi untuk mengumpulkannya mengalami kesulitan karena kehidupan sehari-hari masyarakat berladang dengan sistem ladang berpindah maka mereka sering meninggalkan perkampungan berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan dan ada satu keunikan lagi mata pencaharian mereka ada yang mencari kayu gaharu yaitu semacam kayu yang mana kayu ini berminyak dan minyaknya wangi sekali serta nilai jualnya sangat mahal, untuk mendapatkannya saat sulit bisa berbulan-bulan orang masuk hutan baru bisa mendapatkannya. Kalau sudah demikian, kami terpaksa harus menunggu mereka pulang dan malam harinya baru kami laksanakan acara kegiatan. Selain hal tersebut di atas, tantangan tugas bukan hanya datang dari wilayahnya saja tetapi juga dari masyarakat dan petugas perbatasan wilayah Indonesia-Malaysia, pertama kami menjalankan tugas kami dicurigai kalau tugas yang kami jalankan ini tidak resmi (illegal), untuk itu kami lakukan pendekatan dan penjelasan dan membawa bukti-bukti kuat agar masyarakat dan penjaga perbatasan Sabah – Indonesia ( karena wilayah kerja kami ada desa yang berada diperbatasan Malaysia dan Indonesia yaitu Cluster Sabindo/ Sabah –Indonesia) dapat menerima dan dapat bekerja sama sampai masa tugas kami dikecamatan itu berakhir digantikan dengan FK yang lain.

Pada tanggal 5 Mei 2006, setalah mengalami demobilisai selama 3 bulan, saya di panggil kembali bertugas dan ditempatkan di kecamatan Sesayap Kabupaten Bulungan. Di kecamatan ini terdapat 12 desa tetapi berada di satu wilayah daratan, wilayah ini tantangannya yaitu jalan yang ada bisa dikatakan jalur yang tidak layak untuk dilewati oleh kendaraan bermotor, karena apa jalan masih tanah dan becek di musim hujan serta sempit dan didaerah pegunungan.
Di kecamatan sesayap saya bertugas hanya berjalan 1,5 tahun, karena pada tahun awal 2007 saya dipindahkan ke kecamatan Sekatak kabupaten Bulungan dengan 22 desa, dan tingkat kesulitan yang sama dengan kecamatan Sesayap, bahkan ada 1 desa harus di tempuh melalui sungai dalam waktu 1 jam. Di kecamatan Sekatak tantangan terberat datang dari masyarakatnya sendiri, karena masyarakat sudah terbiasa dengan uang Vi/bantuan dari perusahan sehingga untuk diajak membangun desa kita mengalami kesulitan di tambah lagi dengan program daerah yang sudah ada sejak tahun 2005 yaitu PPMD dengan pola 75 % dana dibagi rata ke desa dan 25 % kompetsi sehingga menambah beban kita dalam mengajak masyarakat untuk berparitisipasi dalam kegiatan PNPM-PPK. Di kecamatan ini strategi yang kami lakukan yaitu konsisten memegang aturan main dalam PNPM-PPK dan tegas dalam setiap pelaksanaan tahapan kegiatan sehingga masyarakat dapat memahami dan tidak mencoba untuk mempermainkan program sehingga pada akhirnnya masyarakat dapat mengerti dan program untuk tahun 2007 pada kecamatan Sekatak dapat kami selesaikan pada bulan Mei 2008 walau start kegiatan sering kekurangan Fasilitator sampai sekarang tulisan ini dibuat FT sendiri tidak ada FK.

PNPM-MP MASUK WILAYAH PERBATASAN

Oleh Mas Budi Riyanto FT-Kab Malinau

A Sekilas Pandang Kecamatan Kayan Hulu
Kec Kayan Hulu termasuk salah satu Kecamatan yang terletak di daerah perbatasan di wilayah Propinsi Kalimantan Timur, sejak Di mobilisasinya tenaga fasilitator pada tanggal / bulan 3 Pebruari 2008 baru saat ini tanggal 22 April 2008 mereka bisa berangkat menuju Kecamatan Kayan Hulu yang didampingi oleh Fasilitator Teknik Kabupaten.
Pesawat Jenis Perintis yang mempunyai Kapsitas 5 orang adalah satu-satunya Pesawat yang bisa membawa mereka menuju Kecamatan Kayan Hulu, Kecamatan itu memang belum bisa diakses melalui jalan darat dan jalur apapun, hanya Transportasi Udaralah satu-satunya yg bisa digunakan. Saat ini Pemerintah baru bisa membuka jalan dari kecamatan kayan Hulu menuju luar Kecamatan hanya beberapa ratus meter saja. Dan itupun masih berupa jalan tanah asli yang belum ada perkerasannya dan sewaktu-waktu bila hujan tiba kondisinya sangat licin dan susah untuk dilewati, baik roda empat maupun roda dua.
Kecamatan kayan Hulu memang betul-betul sangat Terisolir dan, ada 5 Desa yang masuk wilayah Kecamatan tersebut, Jalan / akses menuju antar desa satu kedesa satunya lagi masih jalan setapak, dan ada juga yg harus menggunakan perahu ditambah dgn jalan kaki apabila akan menuju desa tersebut dari ibukota Kecamatan, didalam desa sendiri masih belum ada jalan poros desa, semua relatif masih jalan lingkungan yang lebarnya rata2 hanya 1,5 Meter saja dan kondisinya adalah jalan semenisasi yang rusak dan selebihnya adalah jalan tanah.
Hanya ada Kantor Kecamatan dan Puskesmas saja yg kelihatan lebih layak dibanding bangunan yg lain itupun baru beberapa bulan yg lalu baru selesai dibangun। Dan banyak lagi bangunan sarana pelayanan masyarakat yg blm bisa ditata secara apik, seperti :
  1. Bandara Long Nawang, Landasan pacu / Run Away Pesawat hannya beberapa ratus meter saja dan itupun berupa jalan rumput yg sewaktu-waktu turun hujan dipastikan Pesawat tidak bisa melakukan Landing karena Licin & membahayakan Pesawat।
  2. Jalan menuju Bandara tersebut masih berupa jalan setapak, dikanan kiri masih banyak rumput dan semak-semak belukar. ( Fas T Kab & FK/FT ) sudah berjalan menuju Bandara tersebut dgn jalan kaki dari Kantor Kecamatan, ± 2,5 Km
  3. Jadwal penerbangan Subsidi Pemerintah dgn Pesawat Perintis dari dan menuju Malinau Kayan Hulu hanya satu kali dalam seminggu, tetapi sewaktu-waktu bisa berubah menurut kondisi yg hanya bisa ditentukan oleh Pilot pesawat tersebut।
  4. Jaringan Listrik dari PLN belum ada, disana hanya mengandalkan Jaringan Listrik Tenaga Surya yg hanya menyala pada pukul 6 Sore hingga jam 10 Malam। Penerangan Jalan Umum ( PJU ) belum kelihatan sepanjang jalan jadi praktis gelap gulita pemandangan malam yg ada diwilayah ini.
  5. Jaringan Tilpun belum bisa dipasang diwilayah ini, jadi hanya Radio SSB saja yg bisa dipergunakan untuk komunikasi dengan Luar Kecamatan, itupun hanya dimiliki oleh beberapa Instansi saja, seperti kantor Kecamatan, kantor Perhubungan, Polri dan Kodim setempat।
  6. Seperti kebanyakan daerah lain walaupun agak terpencil, tetapi msh kelihatan lalu lintas Kendaraan roda dua dan Empat melakukan aktifitas sehari-hari, Tetapi di Kec Kayan Hulu pemandangan seperti itu nyaris tidak nampak.
  7. Alat-alat yang digunakan untuk memindahkan material seperti batu dan pasir memakai tenaga manusia ( Ibu-ibu / IWEK-IWEK Bhs Kenya ) Batu Koral 1 M3 = Rp 175।000,- Pasir 1 M3 = Rp 200।000,- karena langkanya Kendaraan, Jalan belum Lebar dan Bensin 1 Ltr = Rp 19।500,-। Sehingga tenaga tersebut dibilang efektif untuk saat ini.Kebanyakan masyarakat mata pencariannya adalah Petani / Berladang dan hasil ladang pertaniannya hanya untuk dikonsumsi sendiri karena kalau harus dijual keluar daerah, bisa dipastikan biaya angkutnya akan lebih mahal karena menggunakan Pesawat Udara.

Kronologis Perjalanan Fas T Kab, FK & FT ke Kecamatan Perbatasan “Kayan Hulu ( LONG NAWANG ) ”

Setelah menunggu sekian lama mulai bulan Pebruari hingga tanggal 22 April 2008, Fas T Kab, FK / FT baru bisa berangkat menuju Kecamatan Kayan Hulu dengan menggunakan Pesawat jenis Perintis ( TRIGANA AIR ) kapasitas 5 Orang। Berkat rekomendasi & Fasilitasi oleh Bpk Jhon Camat Kayan Hulu. Berangkat direncanakan Pukul 07.30 Waktu Malinau biaya Rp 191.000,- ( Subsidi Pemerintah ), krn cuaca buruk kami baru bisa terbang pukul 14.15

Setelah Perjalanan kurang lebih 70 Menit, seharusnya kami diturunkan di bandara Long Nawang Kayan Hulu, tetapi karena cuaca buruk Pilot memutuskan untuk Landing di bandara Long Apung Kayan Selatan krn Landasan pacu ( Run Way ) Bandara Long Nawang ( Kayan Hulu ) Licin karena Landasannya hanya rumput bukan Aspal ( Flexible Vapement / Aspal Penetrasi, Hot Mix

Setelah Landing di Bandara Long Apung ( Kayan Selatan ) kami melanjutkan perjalanan ke Kec Kayan Hulu dengan menggunakan Perahu dengan biaya Rp 500.000,- satu kali perjalanan dari Long Apung ke Kayan Hulu kurang lebih 45 Menit

Tiba di kecamatan Kayan Hulu kurang lebih pukul 17.10 Waktu Kayan Hulu, sementara kami menginap di Rumah Bapak Kepala Desa Long Nawang.
Tanggal 23 April 2008, pukul 08।00 kami menuju Kantor Kecamatan Kayan Hulu dengan jalan kaki ( 20 Menit ), untuk bertemu dengan Bpk Liman PJOK Kec Kayan Hulu untuk berkoordinasi dan merencanakan MAD Sos dan Peserta yang akan diundang.


Pada hari yg sama kami ( Fas T kab, FK/FT ) melanjutkan perjalanan ke Bandara Long Nawang kurang lebih 1,5 Km dan sempat mampir di Puskesmas long Nawang। Tetapi Bandara sepi tidak ada petugas yang stand by.


Pada hari yg sama juga kami melanjutkan perjalanan ke Desa ke 2. Nawang baru dengan jalan kaki menyusuri sungai dan hutan kurang lebih 35 menit kami tiba di Desa Nawang Baru dan kami menuju Rumah Bpk kepala desa Nawang baru dan diterima Bpk kepala Adat, 15 menit kemudian kami didatangi juga beberapa tokoh masyarakat dan kami mulai memberi sedikit informasi tentang Program. Sekilas mereka sangat antusias sekali terhadap PNPM-MP. ” TERIMA KASIH PAK TERNYATA PEMERINTAH PUSAT MEMPERHATIKAN KAMI YG ADA DISINI ” kata beberapa warga disana


Kurang Lebih 30 menit, kami melanjutkan perjalanan ke desa ke 3 dengan jalan kaki juga, beberapa tokoh mayarakat yang hadir waktu itu, ikut juga mendampingi kami berjalan ke Desa Temuyat dan disinipun kami sangat diterima dengan baik oleh warga masyarakat, krn mereka sangat senang sekali dengan kehadiran PNPM-MP। Komentar yg sama juga kami dengar dari beberapa warga yang hadir,30 menit kemudian kami melanjutkan perjalanan kembali kerumah dengan jalan kaki, cuaca hujan gerimis menambah segarnya suasana dalam perjalanan kami menuju ke Desa tempat kami menginap।
Tanggal 24 April 2008, kami kembali berkoordinasi dengan RT, tempat FK / FT rencana menetap ( MESS KECAMATAN ), Bpk Moris dari Dinas Perhubungan dan beberapa Tokoh Adat dan Tomas yg ada disini। Kami dpt informasi dr Bpk Moris, kalau hari ini ada Jadwal penerbangan menuju Malinau. Tidak pikir panjang saya langsung menuju Long Apung untuk melakukan perjalanan ke Malinau krn ada kesempatan dan cuaca sangat baik ( Padahal semestinya jadwal baru ada tgl 30 April 2008 ).

KESAN DAN PESAN

I. Kesan
Perjalanan Spektakuler dan menegangkan krn baru pertama kali kami lakukan dgn pesawat kecil dan sempat cemas dlm hati begitu Pesawat bergoyang, kami hanya bisa berdoa dgn satu tujuan Tiba dgn Selamat. Dengan penerbangan yg tidak terlalu tinggi kami juga sempat melihat dan melakukan dukumentasi pada pemandangan yg ada dibawah.
II. Pesan
Satu sisi masyarakat dengan kondisi seperti itu memang tepat sekali mendapatkan sentuhan Pemberdayaan dari PNPM-MP, satu sisi lagi Efektifitas PNPM-MP nantinya bakal dipertaruhkan, dan menjadi tugas kita bersama khususnya Fasilitator bersama masyarakatlah yang akan memikul beban yg begitu berat.